Jumat, 15 Mei 2015

KEBANGKITAN EKONOMI INDONESIA

Sebagian besar ekonom mengatakan, bahwa dasawarsa kedua abad ke-21 merupakan masa keemasan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Penyebabnya adalah stabilnya kondisi politik nasional, pertumbuhan regional yang cukup pesat, dan melemahnya dua kekuatan ekonomi global : Amerika Utara dan Eropa. Disamping itu naiknya tingkat pendidikan masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang massif, juga menjadi alasan mengapa pertumbuhan ekonomi Indonesia dewasa ini bisa berlari kencang.
Dalam sebuah artikel di harian Seputar Indonesia, Cyrillus Harinowo seorang pengamat ekonomi berpendapat, bahwa saat ini Indonesia sedang menuju ekonomi USD 1 triliun. Menurutnya angka itu adalah suatu turning point bagi percepatan ekonomi suatu negara. Ia memperkirakan jika Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia telah melampaui USD 1 triliun, maka untuk melipatgandakannya hanya butuh waktu tak lebih dari 10 tahun. Dan di tahun 2013 mendatang, jika kurs rupiah stabil dan pertumbuhan ekonomi tetap berkisar antara 6% – 6,5%, maka angka USD 1 triliun akan dapat terealisasi

Berdasarkan data IMF yang dirilis pada tahun 2011 lalu, tercatat bahwa PDB Indonesia sebesar USD 845,68 miliar (1,21% dari PDB global). Berada di urutan ke-16, antara Korea Selatan (15) dan Belanda. Angka ini jauh di bawah ekonomi Amerika Serikat (21,66% dari PDB global), China (10,48%), dan Jepang (8,43%). Namun begitu, posisi Indonesia lebih baik dari negara-negara industri seperti Turki, Swedia, dan Taiwan. Dari segi pendapatan per kapita, pencapaian Indonesia-pun cukup menggembirakan. Pada tahun 2011, rakyat Indonesia telah memiliki pendapatan sebesar USD 3.509. Naik empat setengah kali lipat dibandingkan dengan 10 tahun sebelumnya. Lonjakan tersebut juga berakibat pada tumbuhnya jumlah kelas menengah dan orang-orang kaya di Indonesia. Bank Dunia menyebutkan, kini ada sekitar 134 juta jiwa (56%) rakyat Indonesia yang membelanjakan uangnya antara USD 2 – USD 20 per harinya. Padahal tujuh tahun lalu, hanya 37% rakyat Indonesia yang dapat dikategorikan sebagai kelompok kelas menengah. Itulah alasan mengapa saat ini tiket konser musik selalu ludes terjual, ribuan orang antre untuk mendapatkan gadget baru, dan restoran-restoran sering kewalahan menerima para pengunjung.
Kelas menengah berebut membeli BlackBerry di Jakarta
Yang lebih fantastis lagi adalah kenaikan jumlah orang kaya di Indonesia. Credit Suisse Research Institute mencatat bahwa ada sekitar 112.000 orang kaya di Indonesia yang memiliki aset minimal USD 1 juta. Angka ini akan melonjak dua kali lipat dalam waktu empat tahun mendatang. Laporan itu juga menyebutkan bahwa jumlah tersebut jauh di atas negara-negara maju seperti Rusia (95 ribu orang), Hongkong (89 ribu orang), dan Arab Saudi (44 ribu orang). Selain itu, majalah Forbes juga menempatkan 14 pengusaha asal Indonesia ke dalam daftar 1.000 orang terkaya dunia versi mereka. Naik hampir tiga kali lipat, dari hanya lima orang di tahun 2009 lalu.
Mengacu pada data yang dikeluarkan Goldman Sachs dan HSBC, maka di tahun 2035 mendatang diperkirakan Indonesia akan menjadi salah satu dari enam kekuatan ekonomi global. Dan pada tahun 2050, akan masuk ke dalam jajaran big four ekonomi dunia, bersama China, Amerika Serikat, dan India. Banyak ekonom optimis, bahwa di tahun itu pendapatan per kapita bangsa Indonesia akan setara dengan Malaysia. Malah beberapa daerah seperti Kalimantan Timur, Jakarta, dan Riau, akan menyamai income Brunei Darussalam. Pada masa tersebut, sektor jasa dan industri merupakan komponen utama perekonomian Indonesia. Dan wilayah-wilayah di Pulau Sumatera dan Kalimantan, akan menjadi penyumbang terbesar kekayaan Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar